ASFIKSI

MAKALAH BIOLOGI ASFIKSI



Disusun oleh:
Agis Setiyani                           XI IA4/02
Amalia Rizqi Shofia                XI IA4/ 05
Hanun Ari Wulandari             XI IA4/10
Nurul Putri Arliana                 XI IA4/20



PEMERINTAH KOTA SLATIGA
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1
(SMA N 1)


ASFIKSI (ASFIKSIA)
A.    Pengertian
Asfiksia adalah kumpulan dari berbagai keadaan dimana terjadi gangguan dalam pertukaran udara pernapasan yang normal. Gangguan tersebut dapat disebabkan karena adanya obstruksi pada saluran pernapasan dan gangguan yang diakibatkan karena terhentinya sirkulasi. Kedua gangguan tersebut akan menimbulkan suatu keadaan dimana oksigen dalam darah berkurang (hipoksia) yang disertai dengan peningkatan kadar karbondioksida (hiperkapnea)
Asfisksia neonatorum adalah suatu keadaan gawat bayi berupa kegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai hipoksia, hiperkapnea dan berakhir asidosis.

B.     Penyebab
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
1)      Faktor ibu
·         Hipoksia ibu : hal ini berakibat pada hipoksia janin. Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesia lain.
·         Gangguan aliran darah uterus : berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan janin.
·         Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
·         Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2)      Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksi janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, pendarahan plasenta dan lain-lain. Dapat pula karena terdapat lilitan pada tali pusat atau tali pusat pendek.
3)      Faktor Bayi
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Hal ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher dan lain-lain. Selain  itu hal lain yang dapat menyebabkan Asfiksi :
·         Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
·         Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
·         Kelainan bawaan (kongenital)
·         Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
4)      Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi kerena beberapa hal, yaitu :
·         Pemakaian obat anestesi dan analgesia yang berlebihan
·         Trauma persalinan
·         Kelainan kongenital bayi seperti hernia diafragmatika, atresia saluran pernaafasan, hipoplasia paru dan lain-lain

C.    Gejala dan Stadium
Gejala Umum:
·         Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
·         Warna kulit kebiruan
·         Kejang
·         Penurunan kesadaran
Ada 4 stadium gejala / tanda dari asfiksia, yaitu:
·         Fase dispneu / sianosis
Pada fase dispneu / sianosis asfiksia berlangsung kira-kira 4 menit. Fase ini terjadi akibat rendahnya kadar oksigen dan tingginya kadar karbon dioksida. Tingginya kadar karbon dioksida akan merangsang medulla oblongata sehingga terjadi perubahan pada pernapasan, nadi dan tekanan darah. Pernapasan terlihat cepat, berat, dan sukar. Nadi teraba cepat. Tekanan darah terukur meningkat.
·         Fase konvulsi
Fase konvulsi asfiksia terjadi kira-kira 2 menit. Awalnya berupa kejang klonik lalu kejang tonik kemudian opistotonik. Kesadaran mulai hilang, pupil dilatasi, denyut jantung lambat, dan tekanan darah turun.
·         Fase apneu
Fase apneu asfiksia berlangsung kira-kira 1 menit. Fase ini dapat kita amati berupa adanya depresi pusat pernapasan (napas lemah), kesadaran menurun sampai hilang dan relaksasi spingter.
·         Fase akhir / terminal / final
Fase akhir asfiksia ditandai oleh adanya paralisis pusat pernapasan lengkap. Denyut jantung beberapa saat masih ada lalu napas terhenti kemudian mati.

D.    Diagnosis Asfiksia
Asfiksia yang terjadi pada bayi umumnya merupakan kelanjutan dari anoksia atau hipoksia janin. Diagnosis anoksia atau hipoksia janin dapat dilakukan dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Hal-hal yang perlu perhatian yaitu :
1.      Denyut jantung bayi
Peningakatan kecepatan denyut jantung pada umunya tidak mengandung banyak arti, tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 kali per menit di luar his, dan atau tidak teratur hal ini merupakan tanda bahaya yang harus segera ditangani secepatnya
2.      Mekonium dalam air ketuban.
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai kondisi keadaannya. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah
3.      Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks, kemudian dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan selanjutnya diambil contoh darah janin. Kemudian darah ini diperiksa pH-nya. Apabila darah mengandung atau dalam darah terdapat asidosis menyebabkan turunnya pH. Dan apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.

E.     Penyembuhan
Asifiksi tidak dapat disembuhkan secara total terutama pada Asfisksia neonatorum (kelainan sejak lahir). Pengobatan dan penanganan Asifiksi hanya dapat dilakukan dengan menggunakan terapi, obat-obatan dan teknologi tertentu.

F.     Pencehagan
Pencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan wanita, khususnya ibu hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus dihindari. Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak mungkin dilakukan dengan satu intervensi saja karena penyebab rendahnya derajat kesehatan wanita adalah akibat banyak faktor seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, kepercayaan, adat istiadat dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan kerjasama banyak pihak dan lintas sektoral yang saling terkait.

G.    Teknologi
Bronkoskop (bronchoscope) merupakan teknologi yang berhubungan dengan sistem pernapasan. Bronkoskop dapat digunakan untuk mengambil contoh jaringan dan lendir dalam saluran pernapasan yang diduga ada gangguan atau kelainan. Selain itu, bronkoskop dapat digunakan untuk mengetahui secara rinci keadaan saluran trakea, bronkus, dan bronkiolus (Gambar 7.10).

Jerman telah menciptakan sebuah robot yang diberi nama RONAF (robotergestuetzte navigation zum fraesen). Robot ini digunakan sebagai navigator dalam pembedahan pasien yang mengalami ganguan sistem respirasi.
Tekno tube and mask

Iwan, dkk (2003) melakukan penelitian yang membandingkan volume ventilasi antara Tekno tube and mask, Ambu bag and mask, Topster bag and mask dan Laerdal tube and mask menggunakan manekuin. Dilaporkan bahwa tidak terdapat perbedaan dalam rerata volume ventilasi yang adekuat. Dari segi harga, Tekno tube and mask adalah alat yang paling dapat dijangkau oleh bidan desa. Namun alat tersebut memiliki kelemahan pada desain katupnya, sehingga memerlukan modifikasi, sulit dibersihkan dan tidak dapat digunakan lagi setelah 5 kali prosedur High-Level Desinfectans (HLD). Tekno tube and mask yang digunakan dalam studi tersebut efektif dan dapat diterima untuk digunakan oleh bidan desa, namun untuk resusitasi neonatus di rumah sakit balon mengembang sendiri dan masker harus tersedia.

Balon mengembang sendiri (self inflating bag)

Balon mengembang sendiri (self inflating bag) setelah dilepaskan dari remasan akan terisi spontan dengan gas (oksigen atau udara atau campuran keduanya) ke dalam balon.
Kelebihan:
·         Selalu terisi setelah diremas walaupun tanpa sumber gas bertekanan
·         Katup pelepas tekanan berfungsi untuk menjaga tidak terjadi pengembang-an balon berlebihan
Kelemahan:
·         Tetap bertekanan walaupun tidak terdapat lekatan antara sungkup dan wajah
·         Membutuhkan reservoar oksigen untuk mendapatkan oksigen kadar tinggi
·         Tidak dapat digunakan dengan baik untuk memberikan O2 aliran bebas melalui sungkup
·         Tidak dapat digunakan untuk memberikan CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) dan baru dapat memberikan TPAE (Tekanan Positif Akhir Ekspirasi) bila ditambahkan katup TPAE.
Balon tidak mengembang sendiri (flow inflating bag),

Balon tidak mengembang sendiri (flow inflating bag),disebut juga balon anestesi, terisi hanya bila gas yang berasal dari gas bertekanan mengalir ke dalam balon.
Kelebihan:
·         Memberikan O2 21%-100% tergantung sumber
·         Mudah menentukan apakah sungkup telah melekat pada wajah
·         Dapat memberikan O2 aliran bebas 21%-100%
Kelemahan:
·         Membutuhkan lekatan rapat antara sungkup dan wajah untuk dapat mengem-bang
·         Membuutuhkan sumber gas untuk dapat mengembang
·         Umumnya tidak mempunyai katup pelepas tekanan untuk pengaman
T-piece resuscitator
T-piece resuscitator bekerja hanya bila dialiri gas yang berasal dari sumber bertekanan ke dalamnya. Gas mengalir langsung, baik ke lingkungan sekitar maupun ke bayi, dengan cara menutup atau membuka lubang pada pipa T dengan jari atau ibu jari.
Kelebihan:
·         Tekanan konsisten
·         Pengatur tekanan puncak inspirasi dan TPAE yang dapat diandalkan
·         Operator tidak menjadi lelah karena memompa
Kekurangan:
·         Membutuhkan aliran gas
·         Kekakuan/compliance paru tidak dapat dirasakan
·         Membutuhkan tekanan untuk memasang/mengatur alat sebelum dipakai
·         Mengubah tekanan inflasi selama resusitasi akan lebih sulit



DAFTAR PUSTAKA

Syamsuri, Istamar dkk. 2004. Biologi Untuk SMA Kelas XI. Malang: Erlangga.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Silver.and.gold mengatakan...

thx yaa

Posting Komentar